yang punya blog baik hati dan tidak sombong

Kamis, 18 Oktober 2012

SEUNTAI DOA UNTUK BUNDA


Aku adalah seorang anak yang dilahirkan dari keluarga yang berada, ayahku adalah seorang pejabat pemerintahan dan ibuku adalah seorang dokter yang terkenal. Hidupku bahagia dengan keluarga ku, aku sangat dimanjakan dengan berbagai macam kemewahan dan uang.
Tapi semenjak beranjak remaja, aku merasa aneh dengan asal usul diriku, mama tidak pernah mau menceritakan bagaimana proses persalinannya ketika aku dilahirkan dan mama selalu saja marah ketika aku bertanya tentang hal itu. Padahal sebagai seorang anak tentu aku sangat ingin tahu bagaimana perjuangan mama saat itu yang telah melahirkanku kedunia ini. Akupun curiga dengan tingkah laku mama, dan mulai bertanya Tanya ada apa dengan mama.
Sampai suatu malam aku tidak sengaja mendengar percakapan mama dan papa. “ Pa, aku takut kalau nanti Lia mengetahui siapa dirinya yang sesungguhnya aku takut kalau harus kehilangan dia” kudengar suara mama lirih sambil terisak. Akupun tersentak kaget, dan langsung berlari menuju kamarku. Aku tidak bisa tidur memikirkan semua kata kata mama. Kecurigaan tentang asal usul diriku makin menggunung.
Pagi hari, saat sarapan kuberanikan diri untuk bertanya pada mama dan papa. Tapi apa yang kudapat? Mereka berdua kompak membentakku dan melarangku bertanya lagi. Kecurigaanku semakin jelas kalau aku bukan anak mereka, aku bukan darah kandung mereka. Dan semenjak pagi itu semuanya menjadi berbeda. Aku lebih dikekang dan tidak bisa bebas lagi. Setiap jengkal langkahku selalu saja diperhatikan oleh orang suruhan mama dan papa. Mereka takut kalau aku melakukan hal yang tidak diinginkan. Mungkin mereka takut kalau aku meninggalkan rumah dan mencari tahu siapa orang tua kandungku. Aku tidak bebas lagi kemana mana, dan sekarang aku lebih sering menghabiskan waktuku dikamar.
Besok adalah hari ulang tahunku, biasanya diadakan pesta perayaan dan persiapannya telah dilakukan jauh jauh hari, tapi kali ini tidak. Tepat pukul 12.00 mama mendatangi kamrku dengan raut wajah yang senduh. “ sayang, mama masih ingat ketika kamu masih kecil. Mama sering mengajakmu bermain di taman dan sekarang kamu sudah besar kamu sudah 16 tahun, tidak terasa waktu sangat cepat berlalu, dan mungkin sudah saatnya kamu tahu sebuah kebenaran” mama mulai mengeluarkan air mata dan kupotong pembicaraannya, “ ma, aku sangat sayang pada mama, aku mencintai mama lebih dari apapun” mama pun kemudian memelukku dan berkata “ sayang, maafkan mama. Bukan maksud mama menyembunyikan ini semua, tapi mama takut kalau kamu tidak akan sayang lagi sama mama” mama kemudian melepaskan pelukannya dan menatap mataku “sayang, dengarkan mama baik baik, sebenarnya kamu ini bukan anak kandung mama, mama mengadopsi kamu dari sebuah panti asuhan yang ada di Bogor, mama tahu kalau suatu hari nanti kamu akan bertanya akan jati diri kamu” mama kemudian meninggalkanku, dan berlari menuju kamarnya. Aku terdiam dan tidak bisa berkata kata lagi, saat itu waktu bagaikan terhenti dan dunia seakan runtuh, tapi ada kebahagiaan yang menyelip dii hatiku karena akhirnya aku tahu siapa aku ini dan tidak perlu lagi menaruh curiga. Tapi ada satu hal yang sangat kuinginkan, yaitu bertemu dengan ibu kandungku.
Kuceritakan keinginanku pada mama, dan esok harinya mama langsung mengantarku ke Bogor tempat panti asuhan itu berada. Aku dan mama mulai mencari informasi tentang siapa orang tuaku, ternyata orang tuaku menitipkanku dipanti ashan karena tidak mampu menhan beban ekonomi yang harus dipikulnya dan aku sangat beruntung karena orang tuaku meninggalkan alamat mereka. Aku dan mama kemudian menelusuri jalan demi jalan dan mencari alamat itu, butuh waktu lima hari untuk menemukan alamat itu, karena alamat yang ditinggalkan sudah sangat lama dan ternyata mereka sudah tidak tinggal di tempat itu lagi.
Menyerah, sempat terbersit di dalam benakku tapi keinginan ku untuk bertemu dengan ibu kandungku sangat besar. Mama pun mendukungku dan rela meninggalkan pekerjaannya di kota. Hampir satu minggu kami mencari, seluruh tempat diBogor telah kami datangi tapi belum menemukan titik terang tentang keberadaan oarangtua kandungku. Dan memang keberuntungan menyertaiku saat itu. Setelah sekian lama mencari akhirnya kutemukan tempat dimana bunda yang selama ini kucari berada. Tempatnya sangat kumuh dan jauh dari kata layak. Air mataku mulai menetes saat mengetuk pintu rumah aku sangat bahagia, tak pernah terbayangkan akhirnya aku bertemu dengan orang yang selama ini kucari. “ Assalamu alaikum… assalamu alaikum” aku merasa gugup dan jantungku berdetak kencang, kepegang erat tangan mama yang selama ini menemanikutanpa mengeluh sedikitpun. Setelah menunggu beberapa menit akhirnya pintu rumahpun terbuka, dan yang keluar dari rumah itu adalah seorang nenek tua. Aku sempat berpikir ya ampun ternyata bunda sudah sangat tua, tapi semua itu langsung hilang ketika mama bertanya dan menceritakan semuanya. Ternyata nenek tua itu adalah orang yang punya kontrakan, dia pun memberitahu mama dimana bunda saat ini berada. Tapi, saat kulihat nenek tua itu memberitahu dimana bunda berada raut wajah mama langsung berubah dan aku langsung cemas. Mama kemudian membawaku pergi dari tempat itu, aku sangat heran dan terus bertanya pada mama, kita mau kemana? Tapi mama enggan menjawabku. Mulutnya terkunci matanya berkaca kaca membuatku semakin heran dan pikiranku tak karuan. Ada apa dengan mama? Kenapa dengan mama?
Akhirnya kami tiba di sebuah tempat. Aku sangat terkejut ketika melihat tempat tersebut, pikiranku pun makin tak karuan, dan tubuhku gemetar. Kenapa mama membawaku ke tempat seperti ini? Kenapa mama membawaku ke pemakaman? Aku takut dan mulai berpikir apa mungkin bunda sudah… ah, aku tidak mau yang berpikir yang bukan bukan. Siapa tahu bunda hanya bekerja di tempat ini sebagai pembersih makam, ya, bunda hanya bekerja di tempat ini. Langkah mama terhenti pada sebuah nisan, “ sayang, ini adalah bundamu” air mata mama yang sedari tadi terbendung akhirnya keluar juga. “tidak, ma ini…” tubuhku langsung lemas air mataku langsung mengalir dengan deras “ bunda, bunda, bunda, bunda….. aku ingin melihat wajahmu” aku pun menangis dipelukan mama hanya itu yang bisa ku katakana saat itu dan selebihnya aku hanya menangis dan tidak bisa menerima kenyataan. Bunda, aku tak tahu lagi apa yang harus kukatakan untuk bunda, bunda aku hanya ingin memelukmu dan merasakan hangatnya pelukan darimu, bunda hanya seuntai doa yang hanya bisa kuberikan untukmu. Hanya doa yang bisa kuberikan sebagai seorang anak. Bunda, aku akan selalu mengirimkan seuntai doa untukmu, Bunda…..

Tidak ada komentar: