Aku adalah seorang anak yang dilahirkan
dari keluarga yang berada, ayahku adalah seorang pejabat pemerintahan dan ibuku
adalah seorang dokter yang terkenal. Hidupku bahagia dengan keluarga ku, aku
sangat dimanjakan dengan berbagai macam kemewahan dan uang.
Tapi semenjak beranjak remaja, aku
merasa aneh dengan asal usul diriku, mama tidak pernah mau menceritakan
bagaimana proses persalinannya ketika aku dilahirkan dan mama selalu saja marah
ketika aku bertanya tentang hal itu. Padahal sebagai seorang anak tentu aku
sangat ingin tahu bagaimana perjuangan mama saat itu yang telah melahirkanku
kedunia ini. Akupun curiga dengan tingkah laku mama, dan mulai bertanya Tanya
ada apa dengan mama.
Sampai suatu malam aku tidak sengaja mendengar
percakapan mama dan papa. “ Pa, aku takut kalau nanti Lia mengetahui siapa
dirinya yang sesungguhnya aku takut kalau harus kehilangan dia” kudengar suara
mama lirih sambil terisak. Akupun tersentak kaget, dan langsung berlari menuju
kamarku. Aku tidak bisa tidur memikirkan semua kata kata mama. Kecurigaan
tentang asal usul diriku makin menggunung.
Pagi hari, saat sarapan kuberanikan diri untuk bertanya
pada mama dan papa. Tapi apa yang kudapat? Mereka berdua kompak membentakku dan
melarangku bertanya lagi. Kecurigaanku semakin jelas kalau aku bukan anak
mereka, aku bukan darah kandung mereka. Dan semenjak pagi itu semuanya menjadi
berbeda. Aku lebih dikekang dan tidak bisa bebas lagi. Setiap jengkal langkahku
selalu saja diperhatikan oleh orang suruhan mama dan papa. Mereka takut kalau
aku melakukan hal yang tidak diinginkan. Mungkin mereka takut kalau aku
meninggalkan rumah dan mencari tahu siapa orang tua kandungku. Aku tidak bebas
lagi kemana mana, dan sekarang aku lebih sering menghabiskan waktuku dikamar.
Besok adalah hari ulang tahunku, biasanya diadakan pesta
perayaan dan persiapannya telah dilakukan jauh jauh hari, tapi kali ini tidak.
Tepat pukul 12.00 mama mendatangi kamrku dengan raut wajah yang senduh. “
sayang, mama masih ingat ketika kamu masih kecil. Mama sering mengajakmu
bermain di taman dan sekarang kamu sudah besar kamu sudah 16 tahun, tidak
terasa waktu sangat cepat berlalu, dan mungkin sudah saatnya kamu tahu sebuah
kebenaran” mama mulai mengeluarkan air mata dan kupotong pembicaraannya, “ ma,
aku sangat sayang pada mama, aku mencintai mama lebih dari apapun” mama pun
kemudian memelukku dan berkata “ sayang, maafkan mama. Bukan maksud mama
menyembunyikan ini semua, tapi mama takut kalau kamu tidak akan sayang lagi
sama mama” mama kemudian melepaskan pelukannya dan menatap mataku “sayang,
dengarkan mama baik baik, sebenarnya kamu ini bukan anak kandung mama, mama
mengadopsi kamu dari sebuah panti asuhan yang ada di Bogor, mama tahu kalau
suatu hari nanti kamu akan bertanya akan jati diri kamu” mama kemudian
meninggalkanku, dan berlari menuju kamarnya. Aku terdiam dan tidak bisa berkata
kata lagi, saat itu waktu bagaikan terhenti dan dunia seakan runtuh, tapi ada
kebahagiaan yang menyelip dii hatiku karena akhirnya aku tahu siapa aku ini dan
tidak perlu lagi menaruh curiga. Tapi ada satu hal yang sangat kuinginkan,
yaitu bertemu dengan ibu kandungku.
Kuceritakan keinginanku pada mama, dan esok harinya mama
langsung mengantarku ke Bogor tempat panti asuhan itu berada. Aku dan mama
mulai mencari informasi tentang siapa orang tuaku, ternyata orang tuaku
menitipkanku dipanti ashan karena tidak mampu menhan beban ekonomi yang harus
dipikulnya dan aku sangat beruntung karena orang tuaku meninggalkan alamat
mereka. Aku dan mama kemudian menelusuri jalan demi jalan dan mencari alamat
itu, butuh waktu lima hari untuk menemukan alamat itu, karena alamat yang
ditinggalkan sudah sangat lama dan ternyata mereka sudah tidak tinggal di tempat
itu lagi.
Menyerah, sempat terbersit di dalam benakku tapi
keinginan ku untuk bertemu dengan ibu kandungku sangat besar. Mama pun
mendukungku dan rela meninggalkan pekerjaannya di kota. Hampir satu minggu kami
mencari, seluruh tempat diBogor telah kami datangi tapi belum menemukan titik
terang tentang keberadaan oarangtua kandungku. Dan memang keberuntungan
menyertaiku saat itu. Setelah sekian lama mencari akhirnya kutemukan tempat
dimana bunda yang selama ini kucari berada. Tempatnya sangat kumuh dan jauh
dari kata layak. Air mataku mulai menetes saat mengetuk pintu rumah aku sangat
bahagia, tak pernah terbayangkan akhirnya aku bertemu dengan orang yang selama
ini kucari. “ Assalamu alaikum… assalamu alaikum” aku merasa gugup dan
jantungku berdetak kencang, kepegang erat tangan mama yang selama ini
menemanikutanpa mengeluh sedikitpun. Setelah menunggu beberapa menit akhirnya
pintu rumahpun terbuka, dan yang keluar dari rumah itu adalah seorang nenek
tua. Aku sempat berpikir ya ampun ternyata bunda sudah sangat tua, tapi semua
itu langsung hilang ketika mama bertanya dan menceritakan semuanya. Ternyata
nenek tua itu adalah orang yang punya kontrakan, dia pun memberitahu mama
dimana bunda saat ini berada. Tapi, saat kulihat nenek tua itu memberitahu
dimana bunda berada raut wajah mama langsung berubah dan aku langsung cemas.
Mama kemudian membawaku pergi dari tempat itu, aku sangat heran dan terus
bertanya pada mama, kita mau kemana? Tapi mama enggan menjawabku. Mulutnya
terkunci matanya berkaca kaca membuatku semakin heran dan pikiranku tak karuan.
Ada apa dengan mama? Kenapa dengan mama?
Akhirnya kami tiba di sebuah tempat. Aku sangat terkejut
ketika melihat tempat tersebut, pikiranku pun makin tak karuan, dan tubuhku
gemetar. Kenapa mama membawaku ke tempat seperti ini? Kenapa mama membawaku ke
pemakaman? Aku takut dan mulai berpikir apa mungkin bunda sudah… ah, aku tidak
mau yang berpikir yang bukan bukan. Siapa tahu bunda hanya bekerja di tempat
ini sebagai pembersih makam, ya, bunda hanya bekerja di tempat ini. Langkah
mama terhenti pada sebuah nisan, “ sayang, ini adalah bundamu” air mata mama
yang sedari tadi terbendung akhirnya keluar juga. “tidak, ma ini…” tubuhku
langsung lemas air mataku langsung mengalir dengan deras “ bunda, bunda, bunda,
bunda….. aku ingin melihat wajahmu” aku pun menangis dipelukan mama hanya itu
yang bisa ku katakana saat itu dan selebihnya aku hanya menangis dan tidak bisa
menerima kenyataan. Bunda, aku tak tahu lagi apa yang harus kukatakan untuk
bunda, bunda aku hanya ingin memelukmu dan merasakan hangatnya pelukan darimu,
bunda hanya seuntai doa yang hanya bisa kuberikan untukmu. Hanya doa yang bisa
kuberikan sebagai seorang anak. Bunda, aku akan selalu mengirimkan seuntai doa
untukmu, Bunda…..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar